Beranda | Artikel
Faidah Ushul Tsalatsah [bagian 2]
Jumat, 17 Februari 2017

Materi :

– Mengenal Penulis Kitab

– Gambaran Seputar Kitab Ushul Tsalatsah

– Dalil tentang Pertanyaan Kubur

Mengenal Penulis Kitab

Beliau adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali dari keturunan Musyarrif dari kabilah bani Tamim yang masyhur.

Beliau dilahirkan pada tahun 1115 H di ‘Uyainah wilayah di dekat kota Riyadh. Beliau telah menghafalkan al-Qur’an ketika masih belia. Beliau belajar kepada ayahnya seorang Qadhi/hakim di Uyainah pada masa itu. Beliau juga menimba ilmu dari para ulama yang lain di Nejed, Madinah, Ahsa’, dan Bashrah. Dengan itulah beliau mendapatkan ilmu sebagai bekalnya untuk berdakwah.

Pada saat itu telah bertebaran berbagi bentuk bid’ah dan khurafat, perbuatan mencari berkah kepada kubur, pohon dan batu-batu. Maka beliau pun bangkit menegakkan dakwah untuk memurnikan aqidah dan mengikhlaskan ibadah untuk Allah semata. Beliau pun menulis banyak kitab untuk itu, salah satunya yang paling terkenal adalah Kitab Tauhid.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah menjalani masa hidupnya untuk mengajarkan ilmu agama dan berdakwah di jalan Allah. Beliau menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Sampai beliau wafat di Dir’iyyah sebuah wilayah di dekat kota Riyadh pada tahun 1206 H. Berkat didikan dan binaan beliau telah muncul sekian banyak para ulama dan pemimpin dakwah.

Semoga Allah memberikan pahala yang melimpah kepadanya dan menjadikan surga sebagai tempat tinggalnya (lihat Biografi Ringkas Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam al-Mulakhash fi Syarh Kitab at-Tauhid (hal 7) karya Syaikh Shalih al-Fauzan).

Kitab Ushul Tsalatsah ditulis Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah. Beliau berasal dari keturunan kabilah bani Tamim yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya mereka adalah orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap Dajjal sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari (no. 2543). Hal ini menunjukkan bahwa kabilah ini akan terus ada hingga munculnya Dajjal (lihat Kutub wa Rasa’il Abdil Muhsin, 5/39)

Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah tegak dan dibangun di atas sikap ittiba’/mengikuti al-Kitab dan as-Sunnah serta berjalan di atas manhaj pendahulu umat ini yaitu para sahabat radhiyallahu’anhum dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Beliau tidaklah datang membawa sesuatu yang baru dan menyelisihi jalan mereka. Oleh sebab itulah tidak semestinya dan tidaklah tepat apabila dakwah beliau dan orang-orang yang memetik faidah dari dakwahnya disifati dengan Wahhabiyah. Karena penisbatan kepada pribadi tertentu hanyalah dilakukan pada orang-orang yang mendatangkan sesuatu yang baru. Padahal beliau tidaklah membawa hal-hal yang baru. Sesungguhnya julukan Wahhabiyah hanya muncul dari orang-orang yang tidak diberi taufik untuk mengikuti jalan yang lurus ini demi membuat orang lari dari dakwah yang penuh berkah ini (lihat Kutub wa Rasa’il Abdil Muhsin, 5/40)

Gambaran Seputar Kitab Ushul Tsalatsah

Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbad hafizhahullah mengatakan, “Ini adalah kitab yang sangat berharga. Tidak ada yang tidak membutuhkannya baik dari kalangan orang khusus maupun orang yang awam. Hal itu disebabkan di dalam kitab ini terkandung penjelasan mengenai ketiga landasan utama ini beserta dalil-dalil atasnya.” (lihat Kutub wa Rasa’il Abdil Muhsin, 5/47-48)

Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh hafizhahullah berkata, “Di hadapan kita ada risalah Tsalatsatul Ushul wa Adillatuha. Ini adalah risalah yang sangat penting bagi setiap muslim. Adalah para ulama kita dahulu senantiasa memberikan perhatian kepadanya ketika pertama-tama menjelaskan kitab-kitab ilmu agama.” (lihat Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 8)

Tiga landasan utama yang disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah itu mencakup; mengenal Allah, mengenal Islam dengan dalil, dan mengenal Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketiga perkara inilah yang kelak akan ditanyakan kepada setiap insan apabila dia telah diletakkan di dalam kuburnya (lihat Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah oleh Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi hafizhahullah, hal. 6)

Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi hafizhahullah berkata, “Ini adalah termasuk risalah paling pertama yang hendaknya dipelajari oleh seorang penimba ilmu, yaitu dalam hal ilmu yang berkaitan dengan aqidah.” (lihat Syarh al-Ushul ats-Tsalatsah, hal. 7)

Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh hafizhahullah menekankan di dalam mukadimah syarahnya terhadap kitab Ushul Tsalatsah ini, bahwa risalah ini adalah berisi matan (teks pelajaran) yang ringkas. Karena sesungguhnya ilmu ini tidak bisa diraih hanya dengan sekali asupan. Akan tetapi ilmu ini akan bisa diraih seiring dengan proses belajar siang dan malam. Sebagaimana dikatakan oleh Imam az-Zuhri rahimahullah, “Barangsiapa yang menginginkan ilmu secara sekejap dalam jumlah besar maka niscaya ia akan lenyap secara cepat. Sesungguhnya ilmu itu akan diraih seiring dengan perjalanan siang dan malam.” Inilah cara yang benar. Ilmu akan bisa diperoleh dengan cara memulai dari perkara-perkara yang dasar sebelum masalah-masalah yang besar (lihat Syarh Tsalatsatil Ushul, hal. 8 tahqiq ‘Adil bin Muhammad Rifa’i)

Orang yang memperhatikan kandungan Ushul Tsalatsah akan bisa menyimpulkan bahwa di dalam risalah ini terkandung tiga bagian utama. Pertama; tiga mukadimah yaitu [1] motivasi untuk berilmu, beramal, berdakwah, dan sabar, [2 dan 3] berisi pokok-pokok agung yang berkaitan dengan masalah tauhid. Kedua; perkara-perkara penting dalam tauhid seperti iman kepada hari kebangkitan, iman kepada rasul, kufur kepada thaghut; yang ini akan bisa dijumpai pada bagian akhir risalah. Ketiga; intisari dari risalah yaitu penjelasan mengenai jawaban tiga pertanyaan kubur dengan disertai dalil-dalilnya (lihat Syarh Tsalatsatil Ushul oleh Abdullah Aba Husain hal. 10)

Di dalam risalah ini beliau akan menjelaskan tentang jawaban atas tiga pertanyaan kubur. Hal ini sangat penting untuk dipelajari. Karena kubur adalah fase pertama di dalam kehidupan akhirat. Barangsiapa yang berbahagia di sana maka sesudahnya dia akan lebih berbahagia. Dan barangsiapa yang celaka di sana maka sesudahnya dia akan lebih celaka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kubur adalah fase pertama diantara fase-fase alam akhirat. Apabila seorang selamat darinya maka sesudahnya dia akan lebih mudah baginya. Dan apabila dia tidak selamat darinya maka sesudahnya akan lebih keras darinya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi dan beliau menghasankannya dan disahihkan al-Hakim dalam al-Mustadrak) (lihat Syarh Tsalatsatil Ushul oleh Syaikh Abdullah bin Sa’ad Aba Husain hafizhahullah, hal. 14)

Dalil tentang Pertanyaan Kubur

عن البراء بن عازب : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال ( المسلم إذا سئل في القبر يشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله . فذلك قوله { يثبت الله الذين آمنوا بالقول الثابت في الحياة الدنيا وفي الآخرة } )

Dari al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu’anhu, dia menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang muslim jika ditanya di dalam kubur maka dia akan bersaksi bahwa tidak ada sesembahan -yang benar- kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Itulah maksud dari firman Allah (yang artinya), ‘Allah akan meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang kokoh dalam kehidupan dunia dan ketika di akherat.’ (Ibrahim: 27).” (HR. Bukhari dalam Kitab Tafsir)

عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلمقَالَ « (يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ) قَالَ « نَزَلَتْ فِى عَذَابِ الْقَبْرِ فَيُقَالُ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ رَبِّىَ اللَّهُ وَنَبِيِّىَ مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم-. فَذَلِكَ قَوْلُهُ عَزَّ وَجَلَّ (يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِى الآخِرَةِ) ».

Dari al-Bara’ bin ‘Azib dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata (membaca ayat yang artinya), “Allah akan meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang kokoh.” Beliau bersabda, “Ayat itu turun tentang siksa kubur, akan ditanyakan kepadanya, ‘Siapa Rabbmu’ maka dia akan bisa menjawab, ‘Rabbku adalah Allah, dan Nabiku adalah Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam-‘. Maka itulah makna firman Allah ‘azza wa jalla (yang artinya), ‘Allah akan meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang kokoh dalam kehidupan dunia dan ketika di akherat.’ (Ibrahim: 27).” (HR. Muslim)

عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ : خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلمفِى جَنَازَةِ رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ فَانْتَهَيْنَا إِلَى الْقَبْرِ وَلَمَّا يُلْحَدْ فَجَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلموَجَلَسْنَا حَوْلَهُ كَأَنَّمَا عَلَى رُءُوسِنَا الطَّيْرُ وَفِى يَدِهِ عُودٌ يَنْكُتُ بِهِ فِى الأَرْضِ فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ : « اسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ». مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا زَادَ فِى حَدِيثِ جَرِيرٍ هَا هُنَا وَقَالَ : « وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ خَفْقَ نِعَالِهِمْ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ حِينَ يُقَالُ لَهُ : يَا هَذَا مَنْ رَبُّكَ وَمَا دِينُكَ وَمَنْ نَبِيُّكَ ». قَالَ هَنَّادٌ قَالَ : « وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولاَنِ لَهُ : مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ : رَبِّىَ اللَّهُ. فَيَقُولاَنِ لَهُ : مَا دِينُكَ فَيَقُولُ : دِينِى الإِسْلاَمُ. فَيَقُولاَنِ لَهُ : مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِى بُعِثَ فِيكُمْ قَالَ فَيَقُولُ : هُوَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم-. فَيَقُولاَنِ : وَمَا يُدْرِيكَ فَيَقُولُ : قَرَأْتُ كِتَابَ اللَّهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ ». زَادَ فِى حَدِيثِ جَرِيرٍ : « فَذَلِكَ قَوْلُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ (يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا) ». الآيَةَ

Dari al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu’anhu. Dia berkata: Suatu saat kami keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengiringi jenazah salah seorang lelaki dari kaum Anshar. Ketika kami sampai di kubur dan jenazah itu telah dikuburkan maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun duduk dan kami pun ikut duduk di sekitar beliau, dan seolah-olah saat itu di atas kami ada burung. Di tangan beliau ada sebilah tongkat kayu yang beliau pukul-pukulkan ke tanah lalu beliau mengangkat kepalanya ke langit seraya mengatakan, “Mintalah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur.” Beliau mengucapkannya dua atau tiga kali. Di dalam hadits Jarir terdapat tambahan “Nah, di sinilah”. Dan beliau melanjutkan, “Sesungguhnya dia mampu mendengar suara sandal-sandal mereka saat mereka berbalik untuk pulang. Ketika itulah ditanyakan kepadanya, ‘Wahai orang ini, siapakah Rabbmu, apakah agamamu, dan siapa Nabimu?’.” Hannad berkata: Beliau mengatakan, “Datanglah dua malaikat yang mendudukkannya lalu menanyakan kepadanya, ‘Siapa Rabbmu’ lalu dia pun menjawab, ‘Rabbku adalah Allah’. Lalu mereka berdua bertanya kepadanya, ‘Apa agamamu’ dan dia pun menjawab, ‘Agamaku Islam’. Lalu mereka kembali bertanya, ‘Siapakah lelaki ini yang telah diutus di tengah-tengah kalian’. Maka dia menjawab, ‘Dia adalah Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-.’ Lalu mereka berdua bertanya, ‘Ilmu apa yang kamu ketahui?’. Maka dia menjawab, ‘Aku membaca Kitabullah, aku beriman dan membenarkannya.’ Di dalam hadits Jarir terdapat tambahan, “Itulah maksud dari firman Allah ‘azza wa jalla (yang artinya), ‘Allah akan meneguhkan orang-orang yang beriman dst.’…” (HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh al-Albani)

Imam al-Baghawi rahimahullah menerangkan:

قوله تعالى: { يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ } كلمة التوحيد، وهي قول: لا إله إلا الله { فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا } يعني قبل الموت، { وَفِي الآخِرَةِ } يعني في القبر. هذا قول أكثر أهل التفسير

Firman Allah ta’ala ‘Allah akan meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang kokoh’ yaitu dengan kalimat tauhid, maksudnya adalah ucapan la ilaha illallah. ‘di dalam kehidupan dunia’ yaitu sebelum meninggal. ‘dan ketika di akherat’ maksudnya adalah ketika berada di alam kubur. Inilah pendapat mayoritas ahli tafsir.” (Ma’alim at-Tanzil [4/349] asy-Syamilah)

Imam al-‘Aini rahimahullah menjelaskan:

والقول الثابت هو كلمة التوحيد لأنها راسخة في قلب المؤمن

Yang dimaksud dengan ucapan yang kokoh itu adalah kalimat tauhid -la ilaha illallah, pent- dikarenakan kalimat itu tertancap kuat di dalam lubuk hati seorang mukmin.” (‘Umdat al-Qari Syarh Shahih al-Bukhari [13/101] asy-Syamilah)

Kesimpulan dan Faidah :

– Kitab Ushul Tsalatsah ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

– Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berpegang kepada al-Qur’an dan as-Sunnah

– Dakwah beliau bukan dakwah yang baru dan menyimpang

– Di dalam kitab ini terkandung penjelasan tentang tiga pokok ajaran Islam

– Tiga pokok itu adalah mengenal Allah, mengenal nabi-Nya, dan mengenal Islam

– Tiga perkara inilah yang kelak akan ditanyakan di alam kubur

– Orang yang bisa menjawab pertanyaan kubur itu adalah orang yang bertauhid

– Pentingnya mempelajari kandungan risalah Ushul Tsalatsah bagi setiap muslim

– Aqidah yang benar merupakan sebab keselamatan di dunia dan di akhirat

– Dalam mempelajari ilmu agama ini haruslah bertahap dan terus-menerus

– Ilmu agama yang paling wajib adalah ilmu tauhid dan aqidah

Pertanyaan Evaluasi :

– Sebutkan nama penulis kitab Ushul Tsalatsah!

– Sebutkan nama kabilah beliau!

– Apakah tepat julukan Wahhabiyah dan dari mana sumber julukan ini?

– Apa kandungan utama risalah Ushul Tsalatsah?

– Sebutkan ayat yang menunjukkan tentang adanya pertanyaan kubur!

– Sebutkan tiga pertanyaan kubur sebagaimana dikisahkan dalam hadits!

– Apa yang dimaksud ‘ucapan yang kokoh’?


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/faidah-ushul-tsalatsah-bagian-2/